Belakangan ramai diberitakan mengenai desa-desa fiktif di Tanah Air. Puluhan desa di Sulawesi Tenggara, meminjam istilah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, ditengarai fiktif. Terjadi saling lempar tanggung jawab antara Kementerian Dalam Negeri, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten terkait ketidakjelasan peraturan yang mendasari pendirian desa-desa tersebut.
Jauh di luar hiruk-pikuk kepentingan politik, sejumlah desa terus bergerak membangun. Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, warga Desa Pandanlandung berinovasi dan bersemangat membangun desanya. Mereka membuat sistem informasi desa (SID) untuk mencatat hal-hal penting, hingga didapat basis data desa.
Desa Pandanlandung adalah desa di perbatasan dengan Kota Malang yang berpenduduk 9.724 orang dari 2.821 keluarga. Di desa tersebut berdiri belasan pabrik. Sebagian besar warga bekerja di pabrik-pabrik itu. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) Desa Pandanlandung sekitar Rp 1,1 miliar.
Salah satu inovasi mereka adalah membangun SID lengkap berisi data spasial dan sosial masyarakat, yaitu data kondisi geografis desa, lokasi jalan desa, peta jalur irigasi desa, titik rumah setiap warga—dengan nama pemilik rumah dan penghuni di dalamnya (misalnya satu rumah ada dua keluarga), serta data kondisi sosial masyarakat. Bahkan, setelah dianalisis, pengeluaran setiap keluarga untuk membeli pulsa dan rokok per bulan pun bisa diketahui.
SID ini mampu mendata dalam sebulan berapa banyak pengeluaran keluarga untuk pulsa, rokok, dan lainnya.
Data statistik desa tersebut dikemas dalam bentuk diagram dan tabulasi menarik, melalui program yang dikerjasamakan pemerintah desa dengan dukungan kolega dari Aliansi Petani Indonesia (API). Tampilan SID itu boleh dikatakan tidak kalah dengan tampilan data milik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik, ataupun Bappenas. Ini karena sejumlah institusi (misalnya Kementerian Desa PDTT) sering datang untuk melihat SID ala Desa Pandanlandung.
Bahkan, SID milik Desa Pandanlandung selangkah lebih maju. SID tersebut memuat data sosial masyarakat. Peta desa itu merekam pendapatan dan pengeluaran keluarga, catatan pendidikan, dan catatan kesehatan setiap keluarga. ”SID ini mampu mendata dalam sebulan berapa banyak pengeluaran keluarga untuk pulsa, rokok, dan lainnya,” kata Ketua Tim Pemetaan Desa Pandanlandung Rino Ekananda.
Basis data
SID Desa Pandanlandung merupakan semacam basis data menyeluruh mengenai peta geografis dan sosial desa. Peta di sini bukan hanya denah lokasi rumah warga atau bangunan yang ada di desa. Peta yang dimaksud berupa data. Umpamanya, data belanja pangan warga Desa Pandanlandung dalam sebulan. Dalam data akan tampak pengeluaran untuk bumbu, beras, susu, kopi, gula, minyak, air, teh, bahkan pengeluaran untuk rokok dan pulsa. Hal itu disebabkan petugas mewawancarai warga per rumah sejak tahun 2017.
Untuk kondisi geografis, SID menemukan fakta bahwa luas Desa Pandanlandung lebih besar dari peta awal desa. Awalnya, luas desa hanya 8 hektar, tetapi pada pemetaan terbaru luas desa mencapai 11,9 hektar.
Untuk membangun SID, dilakukan sejumlah tahapan, yakni plotting (pemetaan tiap wilayah desa dengan sistem pemosisian global/GPS), foto (mendokumentasikan obyek), sensus (mewawancarai setiap keluarga untuk mendapatkan data), meng-input data di komputer, membersihkan data yang diperoleh di komputer, mengolah data (menggabung data dan seterusnya), melakukan analisis, melakukan verifikasi tahap akhir, dan mempresentasikan hasil.
”Saat ini prosesnya adalah membersihkan data dan menggabungkan data. Jika semua berjalan lancar, tak lama lagi SID Desa Pandanlandung akan selesai dan bisa menjadi basis data pembangunan desa ke depan,” kata Naning Suprawati, pendamping pemetaan Desa Pandanlandung dari API.
Saat ini sedang dilakukan analisis sosial untuk empat kategori, yaitu kependudukan, ekonomi, kesehatan, dan aset.
Tahap analisis SID, menurut Suprawati, penting karena dari analisis bisa diketahui berbagai kondisi sosial masyarakat. Antara lain, riwayat sakit warga desa, kondisi bangunan umum di desa, kondisi jalan desa, jumlah warga miskin, dan jumlah rumah tidak layak huni. Saat ini sedang dilakukan analisis sosial untuk empat kategori, yaitu kependudukan, ekonomi, kesehatan, dan aset.
Swadaya
Kelebihan dari SID Desa Pandanlandung adalah semua dilakukan secara swadaya oleh masyarakat, baik petugas maupun penganggaran. Petugas pelaksana pemetaan desa (sebagai basis SID) ditetapkan melalui surat keputusan kepala desa. Penjaringan petugas melalui koordinasi dengan RW dan RT, dengan setiap RW dan RT menugasi orang untuk melakukan pemetaan tersebut.
Pemetaan dilakukan melalui pelacakan menggunakan GPS, yaitu mendata dan menitik setiap lokasi rumah, jalan, sungai, dan mewawancarai setiap keluarga (untuk mendapatkan data sosial). Untuk aktivitas itu, setiap petugas diberi insentif Rp 10.000 per keluarga.
Ada ratusan warga desa dilibatkan untuk melakukan pemetaan. Anggaran desa untuk pemetaan tidak banyak, sekitar Rp 33 juta, sejak dianggarkan tahun 2017. Rusmin, Ketua RT 020 RW 003, Dusun Pandan Selatan, merupakan salah satu ketua RT yang aktif melakukan pemetaan. Ia dan istrinya melakukan sensus dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan data. Di RT 020 ada 102 keluarga.
”Katanya ini semua demi kemajuan Desa Pandanlandung, maka saya mau mengerjakan. Apalagi, ini untuk mendapatkan data yang benar mengenai aset desa, serta data kependudukan. Biasanya, setiap pemilu, kami selalu repot memilah data dari pemerintah karena datanya sering tidak benar,” paparnya. Dengan adanya pendataan sendiri oleh warga, Rusmin yakin bahwa ke depan, data kependudukan di desanya akan lebih baik. Rusmin adalah buruh pabrik plastik yang menjadi salah satu pegiat pemetaan desa. Ia melakukan pemetaan sepulang dari pabrik.
”Kami melibatkan masyarakat untuk mengerjakan pemetaan karena tujuannya adalah memberdayakan masyarakat. Agar mereka terlibat dan merasa memiliki SID tersebut,” tutur Sekretaris Desa Pandanlandung, Achmad Bagus Sadewa. ”Kalau menyewa konsultan atau perusahaan tentu akan lebih cepat jadi, tetapi biayanya mahal. Kami tentu tidak sanggup. Dengan dikerjakan sendiri seperti ini, memang lambat, tetapi warga merasa memiliki,” kata Bagus.
Tak dianggarkan lagi
Namun, untuk tahun 2020, Pemerintah Desa Pandanlandung tidak menganggarkan lagi dana untuk program SID. Menurut Bagus, ada kebutuhan lain yang lebih mendesak sehingga anggaran untuk SID terpaksa dipangkas. ”Kami akan mengerjakan pemetaan ini sebisa kami, dengan swadaya masyarakat. Siapa tahu nanti ada dukungan dari pemerintah terkait kegiatan ini sehingga penyelesaian SID bisa dilakukan lebih cepat,” ujar Bagus.
Basis data yang kami miliki dalam SID akan menjadi data awal bagi setiap calon kepala desa untuk membuat visi-misi.
Tenaga Ahli Desa Pandanlandung Iman Suwongso mengatakan, SID Desa Pandanlandung bukan semata kumpulan data. Hal itu akan menjadi basis data dalam membuat rancangan pembangunan jangka menengah desa (RPJMDes) dan menurunkan menjadi program-program tahunan.
”Basis data yang kami miliki dalam SID akan menjadi data awal bagi setiap calon kepala desa untuk membuat visi-misi. Setiap calon kepala desa nantinya harus melihat dan paham SID desa terlebih dahulu sebelum maju menjadi kades. Ini karena visi-misi kades akan menjadi dasar pembuatan RPJMDes,” ucap Iman.
Sebagai contoh, dalam SID milik Desa Pandanlandung akan terekam kondisi jalan yang ada. Pembaruan pembangunan jalan akan terekam, ditambah dengan perkiraan kekuatan jalan tersebut, berapa lama bisa bertahan. Dengan demikian, warga desa akan tahu apakah jalan sudah waktunya diperbaiki atau belum.
Jika sesuai dengan rencana, sistem tata kelola pembangunan desa akan terbangun. Siapa pun kepala desanya, demikian Iman, desa tetap memiliki arah pembangunan berkelanjutan dan tidak bakal surut ke belakang.